Batik ecoprint adalah teknik pembuatan batik yang menggunakan tumbuhan dan bahan alami lainnya untuk mencetak motif pada kain. Prosesnya biasanya melibatkan tumbuhan seperti daun, bunga, dan akar yang ditempatkan di atas kain, kemudian kain tersebut dilipat dan diikat erat sebelum direndam dalam larutan pewarna alami atau ekstrak tumbuhan.

Berikut ini beberapa pandangan dari warga sekolah terkait batik Ecoprint.

  1. Kepala Sekolah:
    Kepala sekolah melihat pengenalan batik ecoprint sebagai langkah positif dalam memperkenalkan kearifan lokal dan seni budaya kepada siswa. Hal ini dapat membantu meningkatkan apresiasi terhadap budaya tradisional dan juga mengembangkan kreativitas siswa.
  2. Minat Siswa:
    Pandangan siswa terhadap batik Ecoprint bisa bervariasi. Beberapa siswa tertarik dan antusias untuk belajar teknik baru dalam membuat batik yang ramah lingkungan. Namun, ada juga siswa yang kurang berminat atau lebih tertarik pada kegiatan lain.
  3. Guru Pembimbing:
    Guru pembimbing melihat batik Ecoprint sebagai kesempatan untuk mengajarkan keterampilan baru kepada siswa dan memberikan pengalaman belajar yang kreatif dan menyenangkan. Selain itu, guru juga dapat melihat nilai pendidikan lingkungan dari penggunaan bahan alami dalam proses pembuatan batik.
  4. Biaya:
    Biaya untuk mengadopsi teknik batik ecoprint meliputi bahan-bahan alami untuk pencetakan, bahan batik, pewarna alami, dan peralatan lain yang diperlukan. Biaya ini dapat bervariasi tergantung pada skala proyek dan jumlah siswa yang terlibat. Namun, perlu diingat bahwa pendekatan ini dapat mengurangi biaya jangka panjang karena bahan-bahan alami umumnya lebih ramah lingkungan dan dapat didaur ulang.

Penting bagi SMPN 4 Pandak atau sekolah manapun yang ingin mengadopsi teknik batik Ecoprint untuk berbicara dengan pihak terkait, termasuk staf pengajar, siswa, dan manajemen sekolah, serta mempertimbangkan ketersediaan sumber daya dan dukungan yang diperlukan untuk menerapkan pendekatan ini secara efektif.